I.
PENDAHULUAN
II.
ALAT / BAHAN / SARANA PENDUKUNG
III.
METODA
IV. HASIL
PENGAMATAN
Gambar 1. Plot titik ketinggian
Gambar 2. Peta Kontur
Gambar 3. Peta Penampang U-S
Gambar 4. Peta Penampang B-T
1.1 Latar Belakang
Menurut
Verstappen (1983) Geomorfologi
merupakan ilmu pengetahuan
tentang bentuk lahan
pembentuk muka bumi,
baik di atas
maupun di bawah
permukaan air laut, dan menekankan
pada asal mula
dan perkembangan di
masa mendatang serta konteksnya dengan lingkungan.
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk muka bumi;
genesis, proses terjadinya serta
karakteristik yang ada
di permukaan bumi.
Geomorfologi mengutamakan
bentukan yang ada sekarang, namun perlu
mempelajari sejarah
pembentukannya (Thornbury, 1954).
Oleh karena ini dalam
prinsip geomorfologi dikenal istilah thepresent is
key to the
past. Hasil proses sekarang,
sama dengan hasil proses massa
lampau, jika tenaga sama, sehingga hasil proses sekarang dapat digunakan untuk
mengetahui proses masa lampau. Geomorfologi terapan merupakan suatu kajian ilmu
yang menganalisis gejala alam fisik berupa bentuk permukaan bumi (bentuk lahan)
serta aplikasinya termasuk
dalam bidang rekayasa/
rancang bangun untuk kepentingan
tertentu berdasarkan karakteristiknya.
Berdasarkan definisi definisi/pengertian di
atas menjadi semakin
jelas bahwa obyek kajian
utama dari Geomorfologi adalah
bentuk lahan. Dalam perkembangannya Geomorfologi diaplikasikan
dalam berbagai bidang
kehidupan, sehingga
melahirkan berbagai spesialisasi Geomorfologi, seperti:Geomorfologi Teknik; Geomorfologi Sumberdaya;
Geomorfologi Lingkungan; Geomorfologi Dinamik dan sebagainya.
Untuk dapat dilakukan penggambaran yang
mewakili suatu relief dalam suatu bidang peta, perlu dilakukan pemodelan dalam
bentuk obyek peta
berupa garis yang
kontinyu disebut garis
kontur. Garis kontur didefinisikan sebagai
garis khayal yang
menghubungkan setiap titik
pada ketinggian yang
sama. Pada pengertian garis
kontur di atas dapat dijelaskan
bahwa sifat dari salah satu garis kontur
tersebut memiliki nilai ketinggian yang tunggal. Untuk merepresentasikan
seluruh bentuk relief dalam bentuk gambaran garis kontur dalam suatu peta,
perlu dilakukan penggambaran beberapa
garis kontur yang
memiliki ketinggian yang berbeda
dengan garis kontur
disebelahnya berdasarkan nilai
tinggi yang berurutan.
Dengan adanya nilai tinggi dari
garis kontur yang berurutan dengan garis kontur lainnya berarti terdapat suatu
besaran yang membatasi antara dua kontur tersebut, yang dinamakan interval kontur. Jadi,
interval kontur adalah jarak
tegak antara dua garis
kontur yang berdekatan
atau jarak antara
dua bidang mendatar
yang berdekatan. Garis kontur
pada suatu peta merupakan proyeksi pada serangkaian titik pada ketinggian yang
sama secara tegak lurus (ortogonal) pada bidang datar (peta).
1.2 Tujuan praktikum
1.
Mengenal
peta topografi, garis kontur, sifat garis kontur, pola kontur, kemiringan
lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng.
2.
Mampu
membuat peta topografi berdasarkan data titik-titik ketinggian
3.
mampu
membuat peta kontur dengan menggunakan software computer secara mandiri.
4.
Mampu
membuat interpretasi bentuk bentang alam berdasarkan peta topografi.
5.
Mampu
membuat deskripsi satuan geomorfologi kualitatif dan kuantitatif.
1.3 Manfaat praktikum
1.
Mahasiwa
mengenal peta topografi, garis kontur, sifat garis kontur, pola kontur,
kemiringan lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng.
2.
Mahasiswa
mampu membuat peta topografi berdasarkan data titk-titik ketinggian.
3.
Mahasiswa
mampu membuat peta kontur dengan menggunakan software komputer secara mandiri.
4.
Mahasiswa
membuat interpretasi bentuk bentang alam berdasarkan peta topografi.
5.
Mahasiwa
mampu membuat deskripsi satuan geomorfologi kualitatif dan kuantitatif berdasarkan analisis peta topografi.
a. Personal Computer
b. Software Surfer v.15
a.
Lembar
peta plot titik ketinggian,
b.
pensil
teknis,
c.
penggaris,
Ploting ketinggian secara manual
mmenggunakan software Surfer v.15
Gambar 1. Plot titik ketinggian
Gambar 2. Peta Kontur
Gambar 3. Peta Penampang U-S
No.
|
Y
|
X
|
Kemiringan %
|
Keterangan
|
I.
|
3,37
|
4,23
|
79,7%
|
Sangat
Terjal
|
II.
|
3,28
|
4,66
|
70%
|
Sangat
Terjal
|
III.
|
0,45
|
1,75
|
25,7%
|
Berbukit
Tersayat Halus
|
IV.
|
0,85
|
1,64
|
51,8%
|
Berbukit
Tersayat Halus
|
Gambar 4. Peta Penampang B-T
No.
|
Y
|
X
|
Kemiringan %
|
Keterangan
|
I.
|
2,22
|
2,2
|
100%
|
Sangat Terjal
|
II.
|
1,3
|
1,09
|
119%
|
Sangat Terjal
|
III.
|
4,18
|
2,33
|
179%
|
Sangat Curam
|
IV.
|
0,21
|
1,19
|
17,6%
|
Miring
|
V.
|
0,42
|
0,79
|
53%
|
Berbukit Tersayat Halus
|
VI.
|
1,3
|
1,32
|
98,5%
|
Sangat Terjal
|
VII.
|
0,45
|
0,66
|
68,2%
|
Sangat Terjal
|
VIII.
|
3,76
|
1,61
|
233,5%
|
Sangat Curam
|
IX.
|
1,27
|
2,36
|
53,8%
|
Berbukit Tersayat Halus
|
X.
|
0,29
|
1,06
|
27%
|
Berbukit Tersayat Halus
|
Gambar 5. 3D Surface
Gambar 6. 3D Wireframe With Watersheed
Gambar 6. 3D Wireframe With Watersheed
DESKRIPSI
Topografi merupakan tanda fisik
dari daratan. Peta topografi adalah peta yang mewakili dari bentuk,
ukuran, posisi dan hubungan dari pengenal fisik dari suatu area. Mencakup
pegunungan , bukit, lembah dan sungai . kebanyakan peta topografi juga
menamp[ilkan hasil budaya dari suatu wilayah seperti batas
wilayah, kota, rumah, jalan dan tanda-tanda semacamnya. Peta
topografi digunakan dilaboratorium untuk pengmatan dan analisis dari
proses-proses geologi yang perubahannya secara konstan dari muka
bumi. Beberapa pengertian ( definisi) yang berhubungan dengan peta
topografi antara lain Elevasi atau Altitude yang berarti jarak vertikal
satu titik dengan bidang datum.
Berdasarkan dari
bentuk gambar peta kontur diatas, gambar tersebut menggambarkan suatu area
berkawasan perbukitan, terdapat 3 bentuk bukit yang menonjol dengan memiliki
ketinggian yang berbeda, pada bukit tertinggi memiliki ktinggian 3mdpl dan pada
bukit kedua hanya memiliki ketinggian
180mdpl. Dan pada bukit ketiga memiliki ketinggian yang berkisar sekitar
260mdpl.
Tabel 1. Hubungan penggunanaan lahan dengan sudut lereng secara optimum
Penggunaan atau aktifitas |
Kelas sudut lereng
(%)
|
||||||
0-3
|
3-5
|
5-10
|
10-15
|
15-30
|
30-70
|
> 70
|
|
Rekreasi umum
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Bangunan terhitung
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Penggunaan kota umum
|
+
|
+
|
+
|
+
|
|
|
|
Jalan urban / kota
|
+
|
+
|
+
|
|
|
|
|
Pusat perdagangan
|
+
|
+
|
|
|
|
|
|
Jalan raya / tol
|
+
|
+
|
|
|
|
|
|
Lapangan terbang
|
+
|
|
|
|
|
|
|
Jalan kereta api
|
+
|
|
|
|
|
|
|
Jalan lain
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
<
45
|
|
Kawasan pertanian
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Kawasan industri
|
+
|
+
|
|
|
|
|
|
Kawasan pariwisata
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Kawasan pemukiman
|
+
|
+
|
+
|
|
|
|
|
Penggunaan suatu lahan harus disesuaikan
dengan potendi dari lahan tersebut. daerah dengan kemiringan lereng merupakan
salah satu yang harus diperhatikan. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa
kelas atau tingkat kelerengan menentukan suatu bentang alam kawasan tersebut.
kelas lereng yang mempunyai tanda + menunjukan lahan tersebut mampu untuk
dijadikan bentang alam tersebut. Apabila suatu lahan yang di alih fungsikan
mejadi sesuatu yang tak mampu ditopangnya maka terjadilah suatu degradasi lahan
yang dapat mengakibatkan lahan tersubut tidak optimum penggunaannya dan bahwan
berdampak ke area lain seperti daerah dibawahnya.
Tata guna lahan adalah suatu upaya dalam
merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian
wilayah untuk penghususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman,
perdagangan, industri, dll. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja
yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas, dan
jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah,
pusat kesehatan, taman, pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum
lainnya. Tataguna lahan merupakan salah
satu faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan.
Berbagai tipe penggunaan lahan dijumpai
di permukaan bumi, masing-masing tipe mempunyai kekhususan tersendiri. Tipe
penggunaan lahan secara umum meliputi pemukiman, kawasan budidaya pertanian,
padang penggembalaan, kawasan rekreasi dan lainnya. Badan Pertanahan Nasional
mengelompokkan jenis penggunaan lahan sebagai berikut : (1) pemukiman, berupa
kombinasi antara jalan, bangunan, tegalan/pekarangan, dan bangunan itu sendiri
(kampung dan emplasemen); (2) kebun, meliputi kebun campuran dan kebun sayuran
merupakan daerah yang ditumbuhi vegetasi tahunan satu jenis maupun campuran,
baik dengan pola acak maupun teratur sebagai pembatas tegalan; (3) tegalan
merupakan daerah yang ditanami umumnya tanaman semusim, namun pada sebagian
lahan tak ditanami dimana vegetasi yang umum dijumpai adalah padi
gogo,singkong, jagung, kentang, kedelai dan kacang tanah;(4) sawah merupakan
daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utama dengan rotasi
tertentu yang biasanya diairi sejak penanaman hingga beberapa hari sebelum
panen;(5) hutan merupakan wilayah yang ditutupi oleh vegetasi pepohonan, baik
alami maupun dikelola manusia dengan tajuk yang rimbun, besar serta lebat; (6)
lahan terbuka, merupakan daerah yang tidak terdapat vegetasi maupun penggunaan
lain akibat aktivitas manusia; (7) semak belukar adalah daerah yang ditutupi
oleh pohon baik alami maupun yang dikelola dengan tajuk yang relatif kurang
rimbun (Widyaningsih, 2008).
Berdasarkan dari
bentuk topografi yang ada, pada lahan yang memiliki kategori sangat terjal dan
sangat curam pada wilayah tersebut tergolong pada wilayah yang dilindungi maka
dari itu tidak dianjurkan pada area tersebut digunakan untuk kegiatan
perekonomian bahkan digunakan sebagai wilayah perindustrian dikarenakan pada
daerah tersebut merupakan wilayah yang rawan longsor.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum ini dapat disimpulkan adalah:
1. Satuan
geomorfologi dapat menentukan bentang alam dari suatu kawasan.
2. Dilihat
dari peta kontur dapat melihat bentang alam atau topografi suatu kawasan.
3. Kemiringan
lereng menentukan kemampuan sautu lahan.
4. Peta
kontur yang ada pada gambar menunjukan kawasan perbukitan dengan keyinggian
maksimum 300 m dpl dan kelerengan yang sangat terjal. kawasan tersebut di bagi
menjadi 3: kawasan hulu (perbukitan) berdasarkan kemampuannya dapat dijadikan
sebagai daerah tangkapan air yaitu vegetasi hutan lindung. Kawasan tengah
(perbukitan rendah) berdasarkan kemampuannya dapat dijadikan lahn hutan inudtri
maupun budidaya semusim, dan kawasan hilir (dataran rendah) dapat dijadikan
lahanbudibaya tanaman semusim maupun perkotaan.
Komentar
Posting Komentar